Obat Anti Malaria Sudah Tidak Mempan Lagi

Obat Anti Malaria Sudah Tidak Mempan LagiObat Anti Malaria Sudah Tidak Mempan Lagi. Di tengah upaya gencarnya memberantas malaria, muncul ancaman baru yang mengkhawatirkan, yaitu berkembangnya resistensi obat yang paling efektif untuk mengatasi malaria di daerah Asia Pasifik. Munculnya kasus penyakit yang telah kebal terhadap obat ini memaksa ilmuwan mengembangkan obat baru yang lebih efektif.

Beberapa puluh tahun belakangan, telah banyak obat malaria yang kehilangan kemanjurannya karena resistensi.

Sayangnya, sebagian besar negara-negara endemi tak memiliki pilihan lain. Kondisi ini akan menyebabkan sekitar 216 juta orang yang terinfeksi malaria setiap tahun menjadi lebih berisiko keselamatan jiwanya.

"Resistensi terhadap obat ACT sudah muncul di daerah perbatasan Kamboja dan Thailand. Meskipun obat ini masih manjur bagi 90% penderita malaria di dunia, penting sekali dilakukan pencegahan sesegera mungkin. Jika pencegahan resistensi gagal, banyak negara akan kehilangan cara menyembuhkan malaria," kata dr Khanchit Limpakarnjanarat, wakil WHO untuk Indonesia dalam acara jumpa pers Forum Gebrak Malaria di Hotel Aryaduta, Jakarta, Jumat (13/4/2012).

ACT atau Artemisinin based Combination Therapy merupakan pengobatan terbaru untuk menyembuhkan infeksi Plasmodium falcifarum, penyebab malaria yang paling mematikan. Obat ini merupakan penyempurnaan dari obat sebelumnya yang juga telah resisten terhadap amoeba penyebab malaria.

Di tengah peliknya resistensi obat ini, muncul juga kabar yang menyatakan bahwa 20% obat malaria yang beredar di Asia Tenggara ternyata palsu. Adanya obat palsu ini menyumbang 20% angka kejadian malaria di Asia. Namun sampai saat ini, kasus obat malaria palsu ini masih sulit ditelusuri.

"Asia merupakan hot spot munculnya resistensi obat malaria. Memang bisa jadi ada beberapa obat palsu yang beredar di Asia. Untuk mengatasinya, kami membutuhkan dukungan politik agar dapat menghentikan produksi, distribusi dan penggunaan obat palsu," kata dr Limpakarnjanarat.

Dr Limpakarnjanarat berharap pengendalian obat-obatan di Indonesia bisa ditangani dengan baik oleh badan POM sehingga penggunaannya tidak membahayakan pasien yang sudah mengidap penyakit mematikan.

sumber: http://health.detik.com/read/2012/04/13/142936/1891867/763/gawat-obat-anti-malaria-sudah-tak-manjur-lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar